SUARA
TAKBIRAN KU
Suara Takbir telah terdengar dari
Masjid-masjid sejak aku ingin mematikan lampu kamar tidurku. Aku ikut serta
menyuarakan Suara Takbiran itu
menandakan bahwa besok adalah hari Raya Idul Adha yang ke 1439 H. Takbir pada
malam Idul Adha dan itu Takbir pertamaku dengan menggunakan pengeras suara dan
kini mataku sudah mengatuk dan lampu kamarku pun ku matikan.
Pagi-pagi buta kakakku memanggil
namaku dari luar kamarku “Hasan bangun” sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
Kaka memanggil namaku beberapa kali hingga aku bangkit dari tempat tidurku.
Lalu aku pergi ke kamar mandi serta bergegas ke Masjid untuk melaksanakan Fardhu
Subuh. Selesai sholat aku ditegur oleh teman-temanku dan bertanya? “Liburan
kemana hari ini Hasan?” aku jawab “ di rumah aja.” Aku tau mereka akan pergi ke
tempat wisata di sekitar kota karena mereka sudah asyik merencakannya beberapa
hari sebelumnya.
Jam dinding rumah kami telah
menunjukkan pukul 07.30. Itu menandakan sholat Idul Adha akan segera di
laksanakan. Suara Takbir telah hening dan yang terdengar adalah suara seruan
untuk melaksanakan sholat Idul Adha. Iqamah telah diperdengarkan dan jamaah
telah berdiri dan merapatkan shaf. Saya juga ikut menunaikan sholat
tersebut. Sebelum sholat dilaksanakan, informasi tentang jumlah hewan Qurban
pun telah disebutkan. Di dalam hati saya berkata “Akankah aku akan makan daging
hari ini?”
Selesai sholat, aku pulang ke
rumah dan ternyata kakak belum ada di rumah. Pintu rumah masih terkunci. Sambil
menunggu kakak aku berjalan kesana kemari sambil melihat apakah kakak telah
datang. Tiba-tiba kakak terlihat dari arah jalan yang berbeda dan aku melihat senyum indahnya dari kejauhan serta memanggil namaku “Hasan”.
Aku melihat kertas warna kuning di tangan kanannya. Ternyata itu adalah Kupon
Qurban dari penyelenggara Qurban. Hatiku berkata “tanda-tanda akan makan daging
sudah mulai terlihat”.
Pintu rumah kami sudah terbuka,
pakain harian kami telah kami pakai. Aku hendak ingin melihat pemotongan hewan Qurban.
Tiba-tiba kakak menyuruhku untuk makan terlebih dahulu. Lalu ku jawab nanti aja
kak. Makan sesudah sholat Idul Adha itu sunnah sahutnya. Saat makan kakak juga
mengatakan kalau ingin pergi sholat Idul Adha hendaknya jalan pulang dan pergi
dibedakan. Aku hanya diam mendengar nasihat kakaku. Selesai makan aku pun pergi
melihat pemotongan hewan Qurban. Sesampainya aku di sana ternyata teman-temanku
juga sudah asyik melihat pemotongan tersebut. Kami melihat para petugas Qurban
sangat sibuk dan mereka berkelompok-kelompok. Sebelah kanan kami kelompok
memasukkan daging ke dalam plastik dan menimbangnya. Di kiri kami pemotongan
tulang dan di depan kami ada kelompok yang menulis nama-nama yang akan menerima
daging Qurban serta menumpukkannya berdasarkan catatan yang ada.
Sholat zuhur telah selesai daging
Qurban pun mulai dibagikan kepada penerima hewan Qurban. Pengurus hewan Qurban
mengumumkan bahwa daging Qurban sudah bisa di ambil. Satu persatu aku melihat
para ibu-ibu berdatangan dan tidak lupa dengan Kupon Qurban. Semakin lama semakin banyak para ibu-ibu yang
berdatangan dan daging yang dibungkus pun mulai terlihat semakin sedikit. Namun
aku belum melihat kakaku untuk menukarkan Kupon Qurban kami dengan daging yang
telah disediakan panitia Qurban. Ternyata kakaku datang bersama tetangga kami
yang sudah lanjut usia. Wajar saja mereka lambat datangya karena tentangga
berjalan dengan sangat lambat dan kakaku juga mengikuti langkahnya. Setelah
Kupon Qurban telah di tukarkan, kami pun pulang.
Hidangan makan malam kami kali
ini berbeda dengan makan malam sebelumnya-sebelumnya karena rendang daging
telah terhidang di hadapan kami. Sebelum makan, kami berdoa seperti biasa dan
makan malam pun dipersilahkan. Selesai makan aku bertanya kepada kakaku “ Kapan
ada penukaran kupon lagi?” Dengan senyum kakaku yang indah dia berkata
“Penukaran kupon ini hanya satu kali dalam satu tahun dan kupon itu dibagikan
kepada orang yang berhak mendapatkannya”. Kemudian kakaku balik bertanya “enak
dagingnya?”, “enak” jawabku” kalau begitu doakan orang-orang yang berkurban
supaya sehat dan makin bertambah imannya. Aku diam dan di dalam hatiku
mendoakan supaya orang yang berqurban sehat, bertambah imannya, dan berqurban
lagi tahun depan, Amin.
Terima Kasih
Komentar
Posting Komentar